Bersyukurlah Kalian Jika Masih Sempat Menggunakan Perkakas-Perkakas Khas Toraja Ini

Kandean Langka' aka Kandean dulang

 
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak hal-hal di dunia ini yang mengalami perubahan. Baik perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik, maupun yang mengarah ke ke arah yang lebih buruk. Terutama dalam hal kemajuan tekhnologi, muncul hal-hal baru yang tidak terbayang oleh kita sebelumnya, dan hal-hal sebelumnya yang dianggap manual, dan menyusahkan pun  kemudian hilang dari peradaban.

      Begitupun dengan hal perkakas rumah tangga banyak yang berubah, seiring dengan perkembangan saman. Jika dulu, banyak perkakas yang terbuat dari kayu atau buah (misalnya maja), yang gampang di peroleh, maka saat ini hampir semua perkakas tersebut hanya di simpan sebagai barang rongsokan, bahkan mungkin sudah hilang sama sekali. Namun buat kalian yang masih sempat melihat, atau menggunakan secara langsung perkakas-perkakas khas Toraja tersebut, maka kalian patut bersyukur. Apa saja itu? Mari kita bahas.

Bila

     Bila adalah perkakas makan yang berbentuk mangkuk. Bila terbuat dari buah Maja, yang dalam bahasa Toraja di sebut Bila. Cara membuatnya sangat sederhana hanya membagi dua buah maja yang sudah kering dengan ukuran sama besar. Kemudian isinya di keluarkan. Kedua potongan buah maja tersebutlah yang menjadi bila Jadi dari satu buah maja, terbentuk dua bila. Saya secara pribadi, masih sempat menggunakan bila, walaupun penggunaanya saat itu sudah bergeser yaitu sebagai timba air. Saat ini, buah maja mungkin masih ada, tapi buahnya tiak lagi di jadikan bila.

Passaran Kayu

     Sesuai dengan namanya, passaran kayu terbuat dari kayu. Yang di bentuk menyerupai  nampan bundar, dan mempunyai satu pegangan. Passaran kayu, ada lagunya yang cukup populer bunyinya begini:
 "Dolong-dolong passaran kayu, 
di pa'lo'doi' utan battae 
utan battae' mammi' di kande,
 di pasisola lada katokkon".

Tidak seperti nasib lagunya yang masih cukup populer di nyanyikan sampai saat ini, Passaran Kayu hampir tidak di gunakan lagi. Sekarang, utan battae' tidak lagi di lo'do di passaran kayu, melainkan di lo'do' di wadah yang lebih modern yang terbuat dari plastik atau aluminium. 

Issong (Lesung)

     Issong berguna sebagai tempat menumbuk padi sampai menjadi beras. Ada dua jenis issong, sesuai dengan kegunaannya, yaitu issong pandan, dan issong batu. Issong pandan  terbuat dari batang kayu besar yang di lubangi di bagian tengahnya. Issong pandan digunakan untuk melepaskan biji padi dari bulirnya. Setelah biji padi terlepas dari bulirnya, maka kemudian di proses lagi di issong batu untuk meleaskan kulit padi menjadi beras. Issong batu, terbuat dari batu yang juga di lubangi di bagian atas. Selain kedua alat itu, alat tambahan yang lain yang harus ada untuk menumbuk padi adalah alu, yaitu kayu yang ukurannya pas untuk di pegang oleh orang dewasa. Untuk lebih jelas, lihat gambar berikut
Karena perkembangan tekhnologi, fungsih issong sebagai penumbuk padi, saat ini sudah di gantikan oleh penggilingan padi yang lebih praktis dan tidak menguras tenaga.


 Kandean Langka'/Kandean dulang

      Saya jamin, jarang yang sempat menggunakan perkakas satu ini. Mungkin cuma generasi 60'an saja yang sempat menggunakannya. Tetapi saat ini, kita masih bisa melihatnya, selain koleksi di rumah kita masing-masing, kita juga bisa melihat kandean langka' dengan ukuran lebih besar di pusat kota Rantepao (jangan salah ya, itu bukan miniatur, karena ukurannya lebih besar dari yang sesungguhnya). Entah mengapa kandean langka atau kandean dulang di jadikan sebagai ikon di kota Rantepao. Mungkin ada filsofinya. Entahlah, Ada yang tahu? Saat ini kandean langkah lebih banyak di buruh oleh para kolektor barang antik. 

Salakko' Bale 

       Bahasa Indonesianya, ternyata adalah sekrap. Digunakan untu menangkap ikan di sawah, terutama jika sawah tersebut masih banyak airnya. Salakko bale, terbuat dari rotan atau pun bambu. 
Saat ini, salakko bale mungkin masih tetap di pakai di pedesaan, tapi saya sendiri sudah jarang menjumpainya. 

Demikian beberapa perkakas antik, yang saat ini sudah jarang bahkan sudah tidak bisa di jumpai sama sekali. Bagaimana pun, kita harus bersyukur pada semua inovasi tekhnologi yang memudahkan kita, walau harus menggantikan kegunaan benda-benda tersebut. Namun lebih bersyukur lagi jika kita masih sempat melihat, apa lagi menggunakan benda-benda tersebut di atas. Terima kasih.

Cek Artikel saya yang Lain:

Mitos-Mitos Toraja Tentang Hujan Dan Penjelasannya Secara Ilmiah

Tokoh Tokoh Terkenal Indonesia Berdarah Toraja


Pembunuhan-pembunuhan sadis yang pernah terjadi di Toraja

Perbedaan adu Kerbau Toraja dan Vietnam

Kata-kata Bahasa Toraja Yang Tidak Bisa di Bahasa Indonesiakan



Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Komentar yang mengandung pornografi,kekerasan, SARA,kurang beretika akan di hapus
PERMISI